Sunday, February 17, 2013

Kesimbangan di Lini Tengah, Kunci Kemenangan Roma atas Juventus


Jakarta - Pelatih sementara AS Roma, Aurelio Andreazzoli, lulus dalam ujian pertandingan keduanya, justru melawan tim kuat, Juventus, yang di pertemuan pertama musim mengalahkan I Lupi dengan skor 4-1 di Turin. Di debutnya minggu lalu timnya kalah 1-3 dari Sampdoria, dan itu membuat Roma berada di titik terendahnya di musim ini karena cuma menang satu kali dalam lima laga terakhir.

Pada pertandingan tadi malam (16/2), "Serigala Ibukota" dihantarkannya menang 1-0 dalam laga yang berjalan seru -- dan ia memimpin pasukannya dengan strategi yang cerdik. Andreazzoli mampu mengubah gaya bermain Roma. Lini tengah mereka disiplin menjaga struktur dan bentuk tim. Terlihat perbedaan mencolok jika dibandingkan saat Roma dilatih Zdenek Zeman yang lini tengahnya terlalu berfokus membantu penyerangan tanpa memberikan proteksi pada lini belakang. Lini tengah Juventus yang merupakan terkuat di Italia pun seakan tak berkutik sehingga mereka minim menghasilkan serangan-serangan berkualitas. Dengan cara memenangi duel di lini tengah inilah Roma menjadi pemenang.

Babak Pertama:Saling Uji Kekuatan

Setelah kalah dari Sampdoria, Andreazzoli mengubah strateginya dengan menggunakan tiga pemain belakang dalam formasi 3-4-2-1. Ivan Piris, Nicola Burdisso, dan Marquinhos ditempatkan sebagai ketiga bek ini untuk meredam dua ujung tombak Juventu: Mirko Vucinic dan Alessandro Matri.

Kekhawatiran mengenai Piris yang kurang baik dalam mengantisipasi duel-duel udara pun tidak terjadi. Kuncinya, lagi-lagi, di lini tengah. Dengan menggunakan Daniel de Rossi, Torosidis, Pjanic, dan Marquinho, Roma mampu mendapatkan keseimbangan yang tepat. Pjanic dan Marquinho akan mengalirkan bola ke Erik Lamela atau Totti, sementara De Rossi dan Torosidis menggangu kerja Pirlo dan Asamoah. Suplai bola pada Vucinic dan Matri akhirnya terganggu sehingga Juventus terpaksa melancarkan serangan dari luar kotak penalti.


(Attempt Juventus di Babak Pertama. Kredit: espnfc.com)

Dari gambar di atas terlihat bahwa Juventus tidak sekalipun melancarkan tendangan ke gawang Roma dari dalam kotak penalti. Bahkan, dari keenam attempt tersebut, hanya satu yang dilakukan oleh penyerang, yaitu Matri di menit ke-23. Tiga serangan lainnya dilakukan oleh Pirlo, sementara Pogba dan Stephan Lichtsteiner menyumbang masing-masing satu kali tendangan. Dari keenam attempt tersebut, hanya satu tendangan bebas Pirlo saja yang memaksa kiper Maarten Stekelenburg melakukan penyelamatan gemilang.

Ketidakmampuan Juventus untuk menembus kotak penalti Roma juga disebabkan oleh bek-bek Roma yang fasih memainkan perangkap offside saat mengantisipasi umpan-umpan terobosan. Dalam babak pertama saja Matri terkena offside 4 kali dan Vucinic satu kali.

Sementara di sisi Roma, terlihat serangan yang dikomandoi oleh Pablo Osvaldo tidak simetris karena Roma lebih senang masuk dari sisi kiri Juve yang dijaga oleh Andrea Barzagli dan Liechtsteiners. Dalam menyerang pun, praktis hanya Lamela dan Totti saja yang membantu Osvaldo dalam menembus trio Barzagli-Bonucci-Caceres. Lini tengah Roma sendiri diinstruksikan untuk tetap disiplin menjaga agar tidak ada ruang kosong yang bisa dieksploitasi oleh Juventus.

Dengan skema serangan seperti ini, Roma sebenarnya tidak mampu menembus pertahanan lawan. Hanya sekali saja Osvaldo mampu menembus lini belakang Juventus, yang memaksa Buffon untuk keluar menyapu bola. Namun, mengingat pada pertemuan pertama Roma sudah ketinggalan 0-3 di babak pertama, tak salah jika dikatakan hasil di babak ini terlihat baik.

Babak Kedua: Roma Merangsek Naik

Jika di babak pertama lini tengah Roma bertugas untuk meredam serangan dan menyamai kinerja lini tengah Juventus, maka di 45 menit selanjutnya mereka mulai bergerak naik, bahkan hingga ke dalam kotak penalti. Beberapa kali De Rossi, Torosidis, atau Pjanic membantu Osvaldo dan Lamela dalam menyerang dan masuk ke dalam kotak penalti.



(Attempt AS Roma di Babak Kedua. Kredit: espnfc.com)

Dari grafik di atas terlihat bahwa lini tengah Roma sendiri tidak ragu-ragu untuk melancarkan serangan. Dari 8 attempt yang dilakukan Roma di babak ini, empatnya berasal lini tengah.

Salah satu dari serangan ini adalah tendangan bebas Pjanic, yang berhasil diblok oleh pagar bertahan Juventus. Namun, Totti berhasil memanfaatkan bola muntah tersebut dan mengirimkan tendangan keras berkecepatan 113 km/jam yang tidak mungkin dibendung oleh Buffon, atau kiper manapun.

Juventus yang mengandalkan Pirlo sebagai sumber kreativitas tidak memiliki jawaban untuk membalas gol Roma. Sementara Roma kembali memperkuat lini tengah dengan memasukkan Bradley untuk menggantikan Pjanic. Substitusi ini membuat Roma tetap menjaga kestabilan lini tengah namun tanpa mengorbankan serangan. Bradley dan De Rossi akan menjaga pergerakan Pirlo dan Vidal, sementara Totti menggantikan peran Pjanic mengalirkan bola ke Lamela dan Osvaldo.

De Rossi, Torosidis, Ivan Piris dengan tekel-tekelnya berhasil meredam energi Juventus. Dalam pertandingan ini De Rossi yang menjaga Pirlo berhasil melakukan 7 kali tekel, sementara Torosidis dan Piris yang bertugas menjaga poros Pogba- Asamoah melakukan 5 dan 4 kali tekel. Di sisi Juventus, Pirlo sang metronom jadi pemain dengan kinerja bertahan terbaik dengan 5 kali tekel.

Demikian pula dengan lini belakang Roma. Tercatat 29 kali tiga bek Roma melakukan clearance, dengan pembagian Burdisso dan Marquinhos 11 kali, sementara Ivan Piris 7 kali. Bandingkan dengan ketiga bek Juventus yang hanya melakukan 8 kali clearance. Lini bertahan Roma sama sekali tidak memberikan ruang untuk penyerang-penyerang Juventus untuk berkreasi.

Man of the Match: Totti dan Andreazzoli

Bahwa Totti berhasil menjebol gawang Buffon sebenarnya suatu fakta yang biasa-biasa saja. Sebelum pertemuan ini, Totti pernah 9 kali membuat Buffon memungut bola dari gawangnya.

Namun, dalam pertandingan ini Totti sendiri berhasil melakukan 64 kali passing (tertinggi di antara rekan-rekannya di Roma) 4 crossing, 6 throughball, dan 4 key-passes. Ia berhasil menjadi penghubung antara lini tengah dan lini depan, dan memberikan suplai serangan pada Osvaldo dan Lamela.

Di atas semua itu, keberhasilan Roma menundukkan Juventus patutnya dialamatkan pada Andreazzoli. Sebelum kickoff Roma memiliki pertahanan kedua paling buruk di Serie A dan telah kebobolan 19 gol dalam 11 pertandingan kandang. Mendapatkan cleansheet melawan pimpinan klasemen, dan berhasil meredam permainan dinamis mereka, menunjukkan persiapan matang pelatih yang dibawa ke Roma oleh Luciano Spalleti ini.

Permasalahan pembagian tugas lini tengah yang tidak mampu diselesaikan Zeman hingga saat ia pergi pun perlahan menghilang. De Rossi, Torosidis, Pjanic, dan Marquinho mampu ia padukan jadi lini tengah yang kuat. Dapat dikatakan baik pemilihan formasi, pemain, maupun substitusi dalam pertandingan ini dilakukan Andreazzoli dengan sempurna.

==

* Penulis adalah penikmat sepakbola dari . Akun twitter: @vetriciawizach



( a2s / rin )

0 comments

Post a Comment