Menjelang menghadapi Borussia Dortmund pada partai kedua semifinal Liga Champions, Jose Mourinho memilih untuk menyimpan sebagian pemain kuncinya seperti Mesut Oezil, Cristiano Ronaldo, dan Sergio Ramos. Bahkan, dua nama terakhir tidak ada di bangku cadangan. Akibatnya, meski mendapatkan kemenangan, Madrid bermain tidak terlalu meyakinkan. Dua gol yang tercipta juga melalui gol bunuh diri dan serangan baik.
Atletico sendiri bermain dengan membawa beban tidak pernah menang melawan Madrid sejak tahun 1999, atau sekitar 14 tahun. Walaupun tampil dominan selama 90 menit, di akhir pertandingan Atletico tetap belum bisa memecahkan rekor buruk tersebut. Mereka harus mengakui keunggulan Real Madrid dengan skor 1-2.
Lalu bagaimana Atletico yang mendominasi bisa
kalah melawan Real Madrid?
Kaka Gagal Mengalirkan Serangan MadridMeski tidak bermain
full team karena menyimpan beberapa pemain, Mourinho masih tetap mengandalkan formasi andalanya 4-2-3-1. Namun, alih-alih menggunakan
double-pivot Alonso-Khedira seperti biasa, Mourinho mempercayakan lini tengah pada Essien dan Khedira.
Pemilihan ini sebenarnya terbukti efektif. Duet keduanya pun mampu meredam serangan dari ini tengah Atletico yang dikawal oleh Gabi dan Mario Suarez. Hanya saja peran Alonso sebagai pendistribusi
bola tidak dapat digantikan oleh Kaka.
Memang, Kaka yang bertindak sebagai
playmaker tidak banyak membantu serangan Madrid dan tidak mampu mengalirkan
bola melalui skema serangan dengan baik. Bahkan, hampir seluruh umpan tusukan yang dilakukan Kaka di area
final third gagal dilaksanakan. Dengan kondisi ini, praktis serangan Madrid monoton, kedua sehingga gol yang dicetak juga bukan berasal dari skema
open play.Minimnya peran Kaka juga mengakibatkan kedua sayap Madrid, Morata dan Di Maria, juga tak banyak mendapat banyak suplai
bola. Umpan
long ball akurat yang biasa dilakukan juga tidak ditampilkan.
Dari grafik
passing di atas terlihat bagaimana buruknya performa Kaka dalam pertandingan ini. Bahkan, selama 67 menit, Kaka hanya mampu melancarkan 18 kali
passing. Jumlah yang sangat minim untuk seorang
playmaker. Sebagai perbandingan, Oezil yang biasa dimainkan oleh Mourinho di posisi ini memiliki rataan 37,3 kali
passing per
game. Sementara Alonso memiliki rataan 65,6
passes/game. Melihat kemandekan tersebut, Mourinho lalu memasukkan Xabi Alonso di menit ke-70.
Sayap Atletico yang mendominasiDominasi serangan Atletico lebih banyak dilakukan melalui kedua
flank mereka (lihat gambar di bawah ini). Variasi
long ball yang dilakukan juga selalu diarahkan ke dua
flank kanan maupun kiri. Tak hanya itu,
wing back Atletico, Luiz dan Juanfran, juga dengan leluasa mengirimkan umpan
crossing melalui
final third. Bukti bahwa memang kedua
wing back Madrid sangat mudah tereksploitasi.
Kecenderungan untuk menyerang lewat sayap juga terjadi di lini depan. Tandem striker Atletico, Falcao, di depan yaitu Diego Costa juga lebih banyak bergerak melalui sayap. Faktor keberadaan Essien dan Kheidira-lah yang membuat lini tengah Madrid sulit untuk ditembus. Pola permainan Atletico sendiri memang cenderung melebar. Aliran umpan dari kedua gelandang tengah Atletico, Gabi dan Mario Suarez, juga mengarah ke flank mereka.
Dengan selalu digempur sepanjang pertandingan, praktis kedua
wing back Madrid tak mampu berbuat banyak. Albiol dan Nacho yang masing–masing berada di kanan dan kiri tak banyak membantu skema serangan. Bahkan keduanya hampir tidak pernah berada di area
final third.Akibatnya, Morata dan Di Maria tidak mendapatkan sokongan baik melalui pergerakan maupun aliran bola. Bahkan Morata sendiri sepanjang pertandingan lebih banyak bertahan. Ia berhasil melakukan 6 kali tekel, 1 intersepsi, dan 2 kali menghalau bola saat menghadapi gempuran Raul Garcia dan Juanfran. Bersama dengan Pepe, Morata juga jadi pemain
Los Blancos dengan
defensive action tertinggi.
Minim umpan terobosan dari tengah dan dari sayap inilah yang membuat serangan Real monoton. Tak heran, selama 90 menit Madrid hanya mampu melancarkan 6 kali serangan ke gawang Courtois (4 di antaranya
on target). Padahal di La Liga Real adalah tim yang memiliki
attempts/
game tertinggi. Rata-rata 19 kali
attempts mereka lakukan dalam setiap pertandingannya.
Atletico Tidak Mampu Memanfaatkan KesempatanMeski terus menekan
El Real dan memiliki banyak kesempatan, Atletico tak mampu mengonversinya menjadi gol. Dari 11
attempts yang dilakukan, hanya empat yang menemui target dan hanya satu gol yang berhasil diciptakan.
Di 20 menit terakhir, Madrid kemudian lebih memilih bertahan untuk menghadapi serangan ini. Varane, seorang
centerback, kemudian dimasukkan untuk menggantikan Essien di menit 70. Akibatnya, tidak ada serangan berarti di periode waktu ini yang dilakukan oleh Real Madrid.
Namun kegagalan Atletico memanfaatkan banyak peluang membuat Madrid tetap unggul. Atletico juga banyak terperangkap
offside, Ini dikarenakan
defense line Madrid memang tidak diposisikan terlalu dalam sehingga mudah untuk membuat jebakan
offside.Sempat diterpa isu akan dibeli Chelsea di awal pekan, striker andalan Atletico Madrid, Falcao, tak mendapatkan banyak peluang dalam pertandingan ini. Hanya dua kali pemain ini melakukan
attempts, walau salah satunya menghasilkan gol. Meski banyak crossing yang dilakukan oleh Atletico, namun hanya sedikit yang berhasil dan menjadi peluang.
KesimpulanMeski pertandingan antartim papan atas La Liga dan berlabel
Derbi Madrileno, sebenarnya pertandingan berjalan monoton. Kedua tim banyak menerapkan long ball dan tidak banyak skema penyerangan indah untuk ditonton.
Berkat kemenangan tersebut Madrid kini berada di urutan kedua klasemen sementara dengan koleksi 74 poin hasil dari 33 pertandingan. Madrid kini unggul enam poin atas Atletico yang ada di posisi ketiga. Selain untuk mengamankan posisi di klasemen, hasil kemenangan ini juga menjadi motivasi sendiri bagi Madrid untuk menghadapi Dortmund dalam lanjutan II Liga Champions.
Kedua tim akan bertemu lagi dalam ajang Final Copa Del Rey pada 17 Mei di Santiago Bernabeu. Mourinho yang dalam laga ini lebih memilih bermain aman, dengan memilih strategi bertahan, tentu akan menurunkan pemain dan gaya yang berbeda. Apalagi bisa dikatakan Copa Del Rey jadi ajang terakhir bagi kedua tim untuk merebut piala (dengan catatan, Real tidak mampu membalikkan keadaan di kompetisi Eropa). Laga ketiga antartim kota Madrid di musim ini tentu akan berjalan lebih menarik dan patut ditunggu.
Susunan PemainAtletico Madrid: Courtois, Godin, Kasmirski, Juanfran, Miranda, Mario Suarez (C. Rodriguez 74'), Koke, Raul Garcia (Adrian 72'), Gabi, Falcao, Diego Costa
Real Madrid: Diego Lopez, Nacho, Pepe, Carvalho, Albiol, Essien (Varane 70'), Khedira, Kaka (Alonso 67'), Benzema, Di Maria (Modric 77'), Morata
===
* Akun twitter penulis: @mildandaru dari @panditfootball
(roz/a2s)